Realisasi pertumbuhan ekonomi nasional yang menembus level 6,5 persen pada triwulan I tahun ini di bawah ekspektasi dunia internasional.
“Apakah pertumbuhan tinggi atau tidak, tergantung bagaimana kita melihatnya. Ada ekspektasi di luar negeri yang memperkirakan ekonomi kita pada triwulan I ini bisa mencapai 6,6-6,7 persen,” ungkap Direktur Perencanaan Ekonomi Makro Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas Bambang Prijambodo, di Jakarta, Senin (9/5/2011).
Meski demikain, lanjut dia, capaian atau realisasi pertumbuhan sudah terbilang cukup baik dan cukup tinggi untuk mencapai target tahun ini yang dipatok pada level 6,4 persen.
Menurutnya, perbedaan ekspektasi dan realisasi pertumbuhan ekonomi pada triwulan I yang hanya berbeda 0,1-0,2 persen tersebut tidak terlalu berpengaruh signifikan, terutama kaitannya dengan target yang ditentukan pemerintah untuk tahun ini.
Ditambahkan Bambang, angka tersebut sudah menunjukkan adanya percepatan pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini dibuktikan dengan angka pertumbuhan ekonomi pada kuartal yang sama tahun sebelumnya yang hanya berkisar 5,7 persen.
Berkaca pada perkembangan ekonomi dunia pada triwulan I tahun ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih cukup baik dan stabil. Semisal, lanjut Bambang, Amerika Serikat yang hanya mampu tumbuh 1,8 persen quartal to quartal (q to q) at annual rate atau 3,1 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Sedangkan negara-negara di kawasan Eropa, juga masih mengalami kesulitan untuk mampu tumbuh lebih tinggi. Hingga triwulan I tahun ini, Eropa hanya mampu tumbuh di bawah tiga persen secara tahunan.
Bambang menuturkan, kawasan Asia masih memimpin pertumbuhan ekonomi dunia. Sejauh ini, China mampu tumbuh hingga mencapai 9,7 persen atau melambat dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang mampu tumbuh hingga 12 persen.
Sementara Singapura juga tumbuh pada level delapan sampai sembilan persen dan mengalami perlambatan dibandingkan periode sebelumnya yang mampu tumbuh hingga di atas 15 persen. Menurutnya, pertumbuhan kawasan Asia yang dimotori China, diperkirakan akan mengalami memperlambat sepanjang tahun ini.
Bambang menambahkan hal tersebut merupakan siklus yang wajar terlebih sejak terjadinya krisis ekonomi dunia pada 2009 lalu.
(Wisnoe Moerti/Koran SI/ade)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar